Monday, March 14, 2011 0 komentar

Jalan Jelang sore

waw dah lama nggak blogwalking nie, lagi keasikan berpetualang nyari spot2x asik dan baru2x ini baru saja mendapatkan kesenangan yang baru.


baru sampe bareng senior Dito, katanya ni tempat favoritnya senior Dito 
ok yang pertama, spot JJS di sekitar kawasan fatmawati tempatnya kecil kayak warung dan menunya relatif hanya gorengan dan makannan ringan saja tapi yang membuat tempat ini asik adalah menu MIX Juicenya yang sesuai keinginan kita, walau dari penglihatan gw buah yang di sediakan terbatas jeruk,apel, pir, alpukat, belimbing, tomat, strawberry dan buah naga. Dengan buah-buahan yang tersedia kita bebas untuk memesan jus dengan campuran yang di inginkan. range harganya juga nggak terlalu mahal untuk jus sekitar Rp. 5.000 s/d Rp 7.000 dan untuk gorengan sekitar Rp. 1.500 s/d Rp. 2.000. dan inilah tempatnya.


Ini dia Mix Juice pesenan gw, strawberry + buah naga
asem2x seger loh hohoh...
kalo capek dan haus dateng aja ke nie tempat recomended loh....


selanjutnya kesenangan baru yang kedua adalah sepeda yang gw nanti akhirnya jadi juga walau  menurut gw dan orang rumah bannya rada kurang cocok, serasa ngejreng sendiri...
well Sepeda tersebut adalah pemberian dari budeh gw walau udah rada tua dan agak rusak tapi yang membuat itu sepeda keren buat gw adalah framenya. yak framenya di situ tertulis merk mobil yang cukup terkenal yaitu Peugeot hohoho.... dan setelah di perbaiki sedikit jadi lebih keren lagi...


specnya : groupset shimano altus lama, hub + Rims Shimano Paralax ukuran 700cx, sadel polygon


dan ini penampakannya setelah diperbaiki dan langsung diajak free test ride bareng sohib gw Dwi harianto muterin kawasan slipi jaya dan taman tomang.
jepretan Duo sepeda, lokasi di Taman Tomang


Emblem Sepeda MTB Dwi







bersama sam empunya sepeda.





Emblem Sepeda gw Peugeout
Me and Peugeot
Thursday, March 10, 2011 0 komentar

Koran Australia Sebut SBY Salah Gunakan Kekuasaan

Jumat, 11/03/2011 08:33 WIB
Jakarta - Kunjungan Wapres Boediono di Australia pekan ini sungguh tidak menyenangkan. Dia disuguhi headline koran The Age berjudul "Yudhoyono Abused Power'.

Koran edisi Jumat 11 Maret 2011 memberitakan tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Tidak hanya itu, koran yang mengambil bahan berita dari kawat diplomatik Wikileaks itu, juga membeberkan korupsi penting SBY.

Seperti detikcom dikutip The Age, kawat diplomatik itu menyebutkan secara personal SBY telah mengintervensi dan mempengaruhi jaksa dan hakim untuk melindungi tokoh politik yang melakukan korupsi. SBY disebutkan juga menggunakan intelijen negara untuk memata-matai rival politiknya.

Kabel itu juga menceritakan secara detail bagaimana mantan wakilnya untuk membayar jutaan dollar untuk mengontrol partai terbesar di Indonesia saat itu. Kabel juga menyebutkan istri presiden dan keluarganya memperkaya diri melalui koneksi politiknya. 

Tak urung, artikel itu menjadi perbincangan panas di Tanah Air. Kelas menengah ramai mengobrolkannya lewat media sosial Twitter sedari pagi.
(lrn/nrl)


Sumber:
http://www.detiknews..com/read/2011/...uasaan?9911012


Quote:
Buat yg males baca

Ringkasan :

1. Taufik Kemas korupsi saat istrinya menjabat........dan diselamatkan SBY

2. Jusuf Kalla beli kursi golkar seharga Rp 60 milyar, dibantu agung laksono

3. Pendukung Gus Dur menyuap hakim Rp 3 miliar utk memenangkan kasus PKB

4. Kepala Bin melaporkan bahwa Wiranto itu berotak Teroris (terorist mastermind)

5. BIN pernah disuruh utk memata matai Yusril , sehubungan dg (dugaan) korupsinya

6. Tommy Winata menyumbang ke SBY melalui M. Luthfi dan TB Silalahi

7. SBY mengeluhkan kegagalannya membangun usaha sbg warisan ke anak cucu

8. Tommy Winata dekat dengan Bu Ani
Quote:
nih link PDFnya buat yang pengen baca versi aslinya
Thursday, March 3, 2011 0 komentar

Kenyataan Pahit bangsa Indonesia.


Sebenarnya ini adalah ringkasan dari buku Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland yang berjudul "Why Asians Are Less Creative Than Westerners"(Mengapa bangsa Asia kalah kreatif dari negara-negara barat), tapi berhubung saya tinggal di Indonesia dan lebih mengenal Indonesia, maka saya mengganti judulnya, karena saya merasa bahwa bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri yang paling mirip seperti yang tertulis dalam buku itu.

1. Bagi kebanyakan orang Indonesia, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain).

Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, pengacara, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk memiliki banyak kekayaan.

2. Bagi orang Indonesia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada cara memperoleh kekayaan tersebut.
Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku korupsi pun ditolerir/ diterima sebagai sesuatu yang wajar. 

3. Bagi orang Indonesia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci jawaban", bukan pada pengertian.

Ujian Nasional, tes masuk PT, dll, semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya, bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.

4. Karena berbasis hafalan, murid-murid di sekolah di Indonesia dijejali sebanyak mungkin pelajaran.

Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of none" (tahu sedikit-sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun).

5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Indonesia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika dan Matematika.

Tapi hampir tidak pernah ada orang Indonesia yang memenangkan Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.

6. Orang Indonesia takut salah dan takut kalah.

Akibatnya, sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.

7. Bagi kebanyakan bangsa Indonesia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.

8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir, peserta akan mengerumuni guru/narasumber untuk meminta penjelasan tambahan.

Dalam bukunya, Prof.Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi sebagai berikut:

1. Hargai proses. Hargailah orang karena pengabdiannya, bukan karena kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid atau pesantren, tapi duitnya dari hasil korupsi

2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya.

3. Jangan jejali murid dengan banyak hafalan, apalagi matematika.Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban untuk X x Y harus dihapalkan?
Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar- benar dikuasainya.

4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan passion (rasa cinta)-nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang.

5. Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko. Ayo bertanya!

6. Guru adalah fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau kita tidak tahu!

7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan. Sebagai orang tua, kita bertanggungjawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mensupportnya.
 
;