Metode penyandian substitusi telah dipakai dari jaman dulu (kriptografi klasik) hingga kini (kriptografi modern). Kriptografi klasik terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu metode penyandian substitusi dan metode penyandian transposisi.
Bentuk penyandian kriptografi klasik berupa teks (huruf/karakter) dengan menggunakan alat tulis berupa kertas dan pensil. Namun bila menggunakan mesin sandi, biasanya mesin tersebut masih sangat sederhana.
Sesuai dengan namanya, pada awalnya, metode penyandian substitusi adalah penyandian dengan cara mengganti huruf/karakter teks aslinya ke huruf/karakter lain sebagai teks sandinya, baik setiap satu huruf/karakter atau setiap kelompok huruf/karakter atau bisa juga kombinasi dari itu.
Kemudian dalam perkembangannya, dalam metode penyandian substitusi modern, digunakan sebuah program aplikasi tertentu dimana teks asli yang berbentuk kumpulan karakter dalam sebuah file digital diganti dengan kumpulan karakter lain secara digital pula sehingga menghasilkan file sandi yang siap dikomunikasikan.
Untuk membaca teks aslinya kembali dari teks sandi, cukup dengan membalik prosesnya.
Terdapat berbagai macam metode penyandian substitusi, diantaranya adalah :
- Metode Penyandian Substitusi Sederhana
- Metode Penyandian Caesar
- Metode Penyandian Vigenére
- Metode Penyandian Hill
- Metode Penyandian OTP
Metode Penyandian Substitusi Sederhana
Metode penyandian substitusi sederhana ini termasuk dalam kriptografi klasik. Metode ini dilakukan dengan mengganti setiap huruf dari teks asli dengan huruf lain sebagai huruf sandi yang telah didefinisikan sebelumnya oleh algoritma kunci.
Dalam metode penyandian substitusi sederhana, deretan alfabetiknya bisa berupa deretan dari A sampai Z yang disebut deret langsung, ataupun kebalikannya dari Z ke A yang disebut deret inversi (kebalikan), namun dapat pula berupa deretan acak berkunci ataupun tidak berkunci.
Untuk memudahkan dalam mengoperasikan penyandiannya, deretan huruf tersebut dapat dibuatkan kedalam sebuah tabel, ataupun dengan matematika aljabar modulus 26, tergantung algoritma kunci yang ditentukan.
1. Huruf asli : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Huruf sebagai kunci sandi :
2. Deret langsung : M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L
3. Deret inversi : F E D C B A Z Y X W V U T S R Q P O N M L K J I H G
4. Deret acak tidak berkunci : Q P A L Z M O W K S N X I E J D B C V F H R U Y T G
5. Deret acak berkunci (BATIK TULIS) : B A T I K U L S C D E F G H J M N O P Q R V W X Y Z
6. Deret acak berkunci inversi (WAYANG GOLEK) : Z X V U T S R Q P M J I H F D C B K E L O G N Y A W
Untuk mempermudah pemahaman dapat diperhatikan contoh berikut :
Teks asli :
SEMUA HAL BESAR DIAWALI DARI SEBUAH IMPIAN
Algoritma : Deret inversi dengan kunci A = F
Hasil teks sandi : NBTLF YFUEB NFOCX FJFUX CFOXN BELFY XTQXF SXXXX
Algoritma : Deret acak berkunci (BATIK TULIS)
Hasil teks sandi : PKGRB SBFAK PBOIC BWBFC IBOCP KARBS CGMCB HXXXX
Teks sandi umumnya ditulis dalam bentuk grup-grup kata sandi yang masing-masing grup terdiri dari 4 atau 5 huruf. Teknik penulisan seperti ini dilakukan dengan pertimbangan :
- Pada saat itu, digunakan untuk menekan biaya transmisi telegram;
- Memudahkan dalam mengecek kesalahan saat ditransmisikan;
- Menghilangkan karakteristik kata-kata dari teks aslinya.
Bila teks sandinya berakhir tidak genap 4 atau 5 huruf, maka digunakan huruf-huruf sebagai pelengkapnya. Dalam contoh, teks sandi digenapi dengan huruf XXXX. Namun dalam prakteknya penggenapan huruf ini bisa dengan huruf apa saja, terutama huruf yang jarang dipakai.
Best Regards,
[Indonesia Intelligence School]
0 komentar :
Post a Comment